Bumi Serambi Aceh adalah penghasil kopi. Bahkan bagi pecinta kopi, tempat ini surganya. Di setiap sudut kota bertebaran kedai kopi yang aroma dan rasanya selalu mengoda. Masyarakat Aceh juga punya budaya minum kopi sambil membicarakan beragam persoalan yang berkembang di masyarakat.
Salah satu daerah penghasil kopi adalah kawasan Ulee Kareng sehingga kopi Aceh dinamakan Ulee Kareng, yang artinya kepala ikan asin. Dan untuk mendapatkan kopi ini sekarang sudah disajikan dalam kemasan menarik. Salah satunya adalah produk Coffee Ulee Kareng. “Kami menamakan produk kami sesuai dengan di mana kopi ini dihasilkan. Kami sudah memproduksi sejak tahun 1960. Tapi saat itu belum ada mereknya dan hanya jika orang beli, kami tiimbang dan dimasukkan ke plastik,” kata Susilowanto , distributor Kopi Ulle Kareng di Medan saat ditemui di acara Pekan Raya Sumatera Utara.
Dengan menajdi ditributor kopi ini, Susilo berharap budaya minum kopi orang Aceh akan menular luas di Medan. “Sekarang ini sudha banyak kok banyak orang Medan yang minum kopi sudha menajdi kebutuhan. Makanya kami yakin pemasaran akan berkembang di sini.”
Bagi warga Aceh, kata Susilo, minum kopi ini sudah jadi kebutuhan. “Karena di sana kopi sangat mudah didapat jadi bagi orang Aceh, kopi adalah minuman sehari-hari, pagi, siang dan malam hari,” jelas Susilo yang tak memungkiri penghasil kopi terbesar di Aceh dari Gayo Luwes dan Takengon. “Kopi kami juga sudah go international sampai ke Australia, Malaysia, Jerman, Thailand, Singapura bahkan ke Mekkah. Biasanya para turis yang datang ke Aceh suka membeli kopi kami dan membawa ke negaranya. Kadang mereka minta dikirimi lagi kopi ini dari Aceh.”
Ada beragam jenis dan harga produk Coffee Ulee Kareng. Kopi organic dengan berat 200 gr dipatok dengan harga Rp 30 ribu. Ada juga kopi Robusta dengan Rp 40 ribu/200 gr, Coffee Bean Arabica atau kopi biji harganya Rp 250 ribu/kg dan kopi biji Bean Robusta Rp 200 ribu/kg. “Ada sebelas jenis kopi produk kami,” kata Susilo yang menjelaskan perbedaan kopi Robusta dan Arabica. “Kalau kopi Robusta bijinya lebih kecil sementara kopi Arabica aroma lebih wangi. namun yang paling laku tetap kopi bubuk Ulee Kareng, khsusnya yang sachet.” Bahkan kopi ini selalu yang banyak dibeli grosir oleh toko dan swalayan.Namun, pemasaran yang paling ‘kencang’ adalah dalam bentuk sacset. “ Oiy kami juga ada jual kopi jahe, kopi jahe ini rasanya sangat enak dan begitu terasa jahe
Debbi Safinaz
(sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/News/Peristiwa/Kopi-Ulee-Kareng-Coffe-Merambah-Medan/ )